Sejarah yang Mengerikan -->

Header Menu

Sejarah yang Mengerikan

Sabtu, 25 Mei 2013

Demikian, beberapa warga menyebutnya untuk peristiwa gempa dahsyat, Sabtu 27 Mei 2006, yang telah menghancurkan desa kami. Untuk Wilayah Rt. 09/RW 03, dimana setiap RT terdiri dari kurang lebih 50 KK, rata-rata tidak lebih dari 5 rumah yang masih bisa dipergunakan. Sisanya hancur, termasuk sekolah TK, SD, SMP dan Balai Desa yang kebetulan letaknya di wilayah RT kami. 

Peristiwa itu tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Bumi seperti digoncang dari kanan ke kiri, sebentar kemudian beralih arah dari depan ke belakang, kadang-kadang seperti diputar, rumah-rumah meliuk-liuk seperti pohon yang diterjang angin keras, lantai-lantai rumah terangkat ke atas, barang-barang berjatuhan, bagian-bagian rumah beterbangan menerjang setiap benada yang ada di sekelilingnya, bumi terbelah dibeberapa tempat, air menyembur dengan deras dari setiap lubang ditanah, dari sumur-sumur, kran-kran air jebol, sungai langsung meluap, sehingga tidak heran mereka percaya ketika isu tsunami beredar. Kemudian suara menggemuruh datang (ada yang menyebut seperti suara pesawat dari dalam tanah) diikuti dengan suara ”buuum” bersahut-sahutan, yang berasal dari rumah-rumah yang roboh hampir berbarengan, menyisakan puing-puing, dan debu yang mengepul dimana-mana. 

Sesaat disusul oleh suara jeritan, lolongan, tangisan, dari setiap sudut, masing-masing mencari keluarganya, berlarian ke sana-kemari. Berikut nukilan cerita dari beberapa warga yang sempat saya catat :

Mbah Dibyo

Mbah Dibyo tergolek di kamar
Mbah Dibyo (65 tahun), saat kejadian beliau sedang berada di WC, tiba-tiba kamar mandi terasa berguncang, lama-lama makin keras, barang-barang mulai rontok, tanpa sempat mengenakan pakaian beliau mencoba berlari keluar. Berhasil lolos dari kamar mandi, tapi kepalanya keburu bocor tertimpa genteng, namun dia masih kuat berlari... sampai di depan pintu, rumahnya ambruk sebagian, menguburnya pada bagian kaki sampai pinggang... anak perempuannya ”yuyun”  juga sudah berlumuran darah mencoba menolong-nya tapi malang reruntuhan berikutnya termasuk balok kayu menghantam punggungnya. Anak laki-lakinya – Didik tidak bisa berbuat banyak karena sedang melindungi anak-nya (puput) yang berumur 7 tahun. Sampai gempa berakhir mereka masih berada di dalam rumah. Puput selamat, Didik bocor kepalanya, mbah Dibyo kakinya hancur dan yang paling parah mbak Yuyun, yang sampai sekarang masih di RS. Tulang belakangnya retak dan menurut dokter kemungkinan besar akan menderita kelumpuhan permanen... Inna lillahi wainna ilaihi rojiun. Keluarga mereka bertempat tinggal persis di depan rumah saya.

MAS ALIB

Tidak berbeda dengan yang diceritakan Mbah Dibyo, Mas Alib sedang melayat Saudaranya yang meninggal semalam. Waktu itu ada 5 orang yang sedang bertahlil didepan mayat.. Kejadiannya begitu membuat panik sehingga kelima orang tersebut tidak sempat memikirkan nasib si mayat... Rumah roboh dan menimpa si mayat, tanpa ada yang sempat membawanya keluar.



Mbah Manto dan Si Dul, anaknya
Mbah Manto
Berada di luar rumah tidak dijamin selamat. Waktu itu Bulik Manto sedang menyapu dalam jarak lima meter dari tembok rumahnya... Tiba-tiba gempa itu terjadi, Bulik hanya sempat menjerit-jerit melihat rumahnya seperti ”pasir di ayak”... dan dia menyaksikan batu bata beterbangan mengarah kedirinya secara refleks, tangannya berusaha menangkis namun seberapalah keuatannya, hasilnya tangan beliau patah, kepalanya juga tetap bocor terkena batu-bata.
Ditengah kondisi yang demikian, anak-nya si Dul termasuk salah satu yang keracunan karena mendapat ransum yang telah kadaluwarsa....

 Kisah Sumi
Kakinya tertimpa balok kayu sehingga harus dioperasi, beruntung bayi dalam kandungannya tidak mengalami gangguan. Beruntung juga anak pertamanya (7 tahun) yang sedang menonton TV, meskipun terkubur setengah badannya ternyata hanya menderita lecet-lecet saja. Tampak pada gambar Sumi setelah kembali dari RS harus beristirahat di tenda darurat karena rumahnya hancur total.


Mas Joko
Seperti Mbah Dibyo, Mas Joko sedang di WC saat terjadi gempa.., Kebesaran Alloh telah menyelamatkannya, begitu rumah berguncang dia mencoba berlari namun pintu kamar mandi keburu melesak kedalam tanah sehingga tidak bisa terbuka. Mas Joko hanya bisa pasrah sambil berdoa dan telungkup disamping bak kamar mandi.. Dan Bak itu telah menyisakan ruang baginya untuk bertahan hidup dibawah reruntuhan.... Subhanalloh... Kayaknya Mas Joko udah baca e-mail dari Fanany tentang Teori Segitiga Kehidupan ya?


Mas Haryono dengan bekas luka di punggung dan kepala
Mas Haryono
Sama-sama sedang mandi, tapi nasib mas haryono agak naas, dia berhasil keluar dari kamar mandi (masih tanpa pakaian lho) pintu samping terkunci, sehingga dia memutuskan lewat pintu depan... Tapi rumah bagian depannya keburu rubuh dan mas haryono tertimpa.. padahal kamar mandi dan rumah bagian belakang-nya ternyata masih utuh. Termasuk anak dan isterinya yang masih berada dikamar belakang – selamat.... Seandainya saja, dia bertahan dikamar mandi... (Kalau tahu ya Mas..)


ISU TSUNAMI
Jalan terbelah
Sebagian dari kita bilang ”Gak Masuk Akal” kan Jogja dan Prambanan  jauh banget dari  Laut?
Tapi coba bayangkan kalau kita ada disana waktu kejadian.. Jalan dan tanah terbelah dan mengeluarkan air, sumur-sumur meluap, kran-kran jebol dan menyemprotkan air tanpa henti, sungai tiba-tiba banjir tanpa ada hujan, dan  yang tidak kalah mengerikan adalah gelombang manusia yang memenuhi jalanan . Desa kami terletak di jalan raya jogja solo km. 18. Tiba-tiba ada eksodus besar-besaran sambil berteriak ”tsunami-tsunami”.. Semua orang berbalik arah, jalan raya penuh dengan arus dari jogja ke arah solo baik menggunakan mobil, sepeda motor, sepeda maupun berlarian. Bahkan pak Polisi pun ikut mengajak warga agar segera berlari. Sebagian dari mereka meninggalkan sanak-saudara mereka yang tengah terluka akibat gempa.... Dalam suasana sedemikian panik, apakah kita masih berfikir logika?


(Sing nulis: Agus Budihardjo)