Kenapa yah malam ini kok rasa ada sesuatu yang mengganjal dalam fikiranku...ketika aku melihat suami dan anak-anakku tertidur lelap seperti tidak ada beban yang menggelayut dalam kelelapannya. Mungkinkah dalam kelelapannya mereka bermimpi yang indah atau sebaliknya... hanya mereka yang tahu dan merasakannya. Kucoba buka laptopku dan menuangkan fikiranku dengan flash back kemasa lalu mengenang ortu ku di kampung ketika masa kecil, masa sekolah dan saat-saat ke pergianku di awal Februari 1996 meninggalkan kampung halaman utk belajar mandiri dg berbekal ilmu yang aku miliki sebagai dokter gigi, menuju suatu tempat yang tidak terbayangkan sebelumnya yaitu RIAU. Teringatku saat merengek-rengek ke orangtuaku waktu minta restu beliau untuk memilih Riau sebagai tempat mengabdiku.. Keraguan akan keberhasilan, ketakutan akan tantangan dan pudarnya kenangan indah adalah beban terberat untuk dihapuskan dalam benakku serta Petuah mbahku " Mangan ora mangan asal ngumpul " rasanya semakin sesak jalan nafasku untuk melangkah ke negeri orang. Alhamdulillah.. ya Allah, atas kehendak-Mu dan ridla-Mu, serta do'a orang tua dan keluarga besarku...semua bisa aku lewati dengan baik dan tanpa melupakan nilai-nilai budaya dan agama yang aku anut. Tiba-tiba lamunanku tersentak sesaat, ketika anakku yang yang bungsu minta minum susu, setelah anakku terlelap kembali, aku mencoba untuk memejamkan mataku...tapi tetap mataku tidak mau kompromi dengan otakku yang memberontak untuk tetap menelusuri perjalanan hidupku ...
Teringat lagi saat waktu pertama kali sampai di tempat tugasku di sebuah pulau dengan kecamatan terpencil. Suatu kenyataan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam pikiranku. Kemanapun hendak pergi kami harus naik turun speedboat, dengan daerah yang pasang surut, rawa rawa. Bercampur baur dengan berbagai suku mau tidak mau harus aku jalani. Padahal dalam dipikiranku Riau adalah tanah Melayu dengan penduduk Melayu. Ternyata salah dugaanku.
Riau merupakan satu daerah dimana berbagai suku, seperti Bugis, Banjar, madura, Minang, Palembang, Jawa, China, Batak, dan Melayu bisa hidup rukun dan damai. Keragaman mulai dari bahasanya, adat istiadat dapat kita temukan di sini.
Dalam perjalanan waktu, aku mulai beradaptasi dengan mereka. Alhamdulillah kehadiranku diterima dengan sangat baik karena kebetulan aku adalah dokter gigi pertama yang mengabdi di pulau terpencil itu. Dari pergaulan itu sedikit demi sedikit, Alhamdulilah bisa berbahasa Melayu, Banjar, Minang dan sedikit bahasa Bugis.
Teringat lagi saat tengah malam sedang bermimpi, tiba-tiba pintu rumah digedor gedor. Ada yang sedang sakit gigi tengah malam. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan, antara rasa takut akan perampokan dan tanggungjawab sebagai dokter akhirnya , ku layani dengan pasrah/ikhlas kepada Allah SWT dan do'a ku terkabul . Hal ini berlangsung 3 tahun berlalu.
Pada tahun 1999, aku dipercayakan bekerja di RSUD di kota Kabupatenku sampai sekarang. Naik turun speedboat tak perlu lagi kulakukan. Alhamdulillah wa syukurillah, dari perjalanan bertugasku, ada sekelumit pengalaman hidup sebagai bahan cerita untuk anak cucuku dan kucoba belajar untuk dituangkan dalam tulisan ini. Kalaulah pengalaman hidup ini disimpulkan menurut aku "LAWAN RASA TAKUT", Karena rasa takut adalah cerminan kalau kita lupa dengan kekuatan yang lebih agung yaitu Allah. Rasa takut adalah adanya fikiran negatif terhadap kebaikan orang lain. Rasa takut menunjukkan kalau kita kurang mampu memuaskan orang lain. Rasa takut adalah kurangnya pengalaman menyelami perasaan orang lain. Rasa takut adalah tidak terimanya akal sehat kita terhadap rasa syukur. Rasa takut adalah tidak terimanya kelebihan orang lain. Rasa takut adalah gambaran kerdilnya nyali untuk menegakkan kebenaran....dst...dst (Hihihi...kayak ustadzah ya?)
Mohon maaf kalo ada kata-kata yang kurang berkenan terhadap rekan-rekan pembaca, maklum baru belajar....dan tulisan tidak ditujuan kepada siapapun dan semata-mata kerjaan orang gak bisa tidur cepat....wesss ahh...bye...Wasallam. (sing nulis: Bu Dokter)
Teringat lagi saat waktu pertama kali sampai di tempat tugasku di sebuah pulau dengan kecamatan terpencil. Suatu kenyataan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam pikiranku. Kemanapun hendak pergi kami harus naik turun speedboat, dengan daerah yang pasang surut, rawa rawa. Bercampur baur dengan berbagai suku mau tidak mau harus aku jalani. Padahal dalam dipikiranku Riau adalah tanah Melayu dengan penduduk Melayu. Ternyata salah dugaanku.
Riau merupakan satu daerah dimana berbagai suku, seperti Bugis, Banjar, madura, Minang, Palembang, Jawa, China, Batak, dan Melayu bisa hidup rukun dan damai. Keragaman mulai dari bahasanya, adat istiadat dapat kita temukan di sini.
Dalam perjalanan waktu, aku mulai beradaptasi dengan mereka. Alhamdulillah kehadiranku diterima dengan sangat baik karena kebetulan aku adalah dokter gigi pertama yang mengabdi di pulau terpencil itu. Dari pergaulan itu sedikit demi sedikit, Alhamdulilah bisa berbahasa Melayu, Banjar, Minang dan sedikit bahasa Bugis.
Teringat lagi saat tengah malam sedang bermimpi, tiba-tiba pintu rumah digedor gedor. Ada yang sedang sakit gigi tengah malam. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan, antara rasa takut akan perampokan dan tanggungjawab sebagai dokter akhirnya , ku layani dengan pasrah/ikhlas kepada Allah SWT dan do'a ku terkabul . Hal ini berlangsung 3 tahun berlalu.
Pada tahun 1999, aku dipercayakan bekerja di RSUD di kota Kabupatenku sampai sekarang. Naik turun speedboat tak perlu lagi kulakukan. Alhamdulillah wa syukurillah, dari perjalanan bertugasku, ada sekelumit pengalaman hidup sebagai bahan cerita untuk anak cucuku dan kucoba belajar untuk dituangkan dalam tulisan ini. Kalaulah pengalaman hidup ini disimpulkan menurut aku "LAWAN RASA TAKUT", Karena rasa takut adalah cerminan kalau kita lupa dengan kekuatan yang lebih agung yaitu Allah. Rasa takut adalah adanya fikiran negatif terhadap kebaikan orang lain. Rasa takut menunjukkan kalau kita kurang mampu memuaskan orang lain. Rasa takut adalah kurangnya pengalaman menyelami perasaan orang lain. Rasa takut adalah tidak terimanya akal sehat kita terhadap rasa syukur. Rasa takut adalah tidak terimanya kelebihan orang lain. Rasa takut adalah gambaran kerdilnya nyali untuk menegakkan kebenaran....dst...dst (Hihihi...kayak ustadzah ya?)
Mohon maaf kalo ada kata-kata yang kurang berkenan terhadap rekan-rekan pembaca, maklum baru belajar....dan tulisan tidak ditujuan kepada siapapun dan semata-mata kerjaan orang gak bisa tidur cepat....wesss ahh...bye...Wasallam. (sing nulis: Bu Dokter)