Hati-Hati dengan Ucapanmu -->

Header Menu

Hati-Hati dengan Ucapanmu

Rabu, 12 September 2012

Ada kisah unik terkait dengan judul di atas. Yang ini harus percaya, karena memang cerita ini beneran, bukan boongan. Salah satu murid SMPN Prambanan, teman kami,  namanya Sarono SLJ. Anaknya memang agak bandel-bandel gimana gitu! Tapi dia kompeten.  Maksudnya meskipun bandel, nilai-nilainya di kelas cukup bagus. Yang ini perlu dicontoh gak ya? He-he, gak berani kasih pendapat lah kalau soal itu.

Salah satu kebandelannya adalah dia kadang-kadang ribut sendiri kalau guru lagi nerangin pelajaran. Akibatnya beberapa guru yang merasa terganggu dan perlu menegur murid yang satu ini.  Salah satu guru yang gak sabar lagi ngadepin murid ini adalah Guru Matematika, kebetulan ibu-ibu. Suatu saat, tiba jugalah saatnya, Bu Guru menegur si Sarono,

 “Sarono, sekali lagi Ibu peringatkan ya, kalau masih ribut terus Ibu akan kasih surat peringatan ke orang tuamu!. Awas ya, kamu akan rasakan nanti kalau Kamu jadi Guru, bagaimana rasanya kalau murid kamu ribut terus!

Tanpa di duga, si Sarono menjawab dengan santai,

“Maaf bu, saya gak bercita-cita menjadi guru!!”
Dan semua murid pun tertawa….
He-he, bisa dibayangkan to betapa keselnya sang Ibu guru mendengar jawaban itu.
Sekarang, 27 tahun setelah peristiwa itu, anda boleh melihat di Daftar Nama Guru SMP N I Prambanan Klaten, di sana tercantum nama “Sarono SLJ” sebagai salah satu guru senior di sekolah itu!

Ha-ha-ha, Koq bisa?

Begini ceritanya, setelah lulus SMA ternyata Sarono diterima kuliah di IKIP.(Walah.. dah 99 % nih bakal jadi guru dong!). 

Sampai di sini dia  belum ingat akan ucapannya waktu di SMP dulu kepada Ibu Guru Matematika itu. Dia pikir “Ah namanya juga bercanda..!!” 

Hingga setelah lulus IKIP, beliau melamar untuk menjadi guru  PNS – eh, tidak  diterima! Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali hingga yang ke lima, akhirnya Sarono berfikir, kenapa ya?  Dan ingatlah dia akan ucapannya kepada Ibu Guru di SMP Prambanan, beberapa tahun sebelumnya.
Kedewasaannya mendorong dia untuk tidak terlalu lama berfikir, “Aku harus menghadap ke Bu Guru, aku telah berdosa padanya, aku harus segera minta maaf!”

Dan, dengan penuh rasa penyesalan, Sarono pun menghadap dan sungkem kepada Ibu Guru serta  meminta maaf kepada beliau atas perbuatannya beberapa tahun lalu.  Alhamdulillaah Ibu Guru berbesar hati, legowo  dan bersedia memaafkan Sarono, sekaligus mendoakan beliau agar diberikan kelancaran dalam mencari pekerjaan.

Pasca peristiwa mengharukan itu... Sarono (yang sudah gak bandel lagi) pun mencoba kembali peruntungannya untuk jadi guru, dengan berbekal kerendahan hati serta doa sang Ibu Guru.
Dan anda harus percaya, kali ini  Sarono langsung diterima dalam sekali test.... untuk menjadi seorang Guru. Dan setelah ditugaskan di beberapa sekolah lain, akhirnya beliau dipindahkan menjadi guru di tempat beliau bersekolah dulu, SMPN Prambanan. 

Sarono-pun bersimpuh. Beberapa tetesan bening mengalir dari pelupuk  matanya, dan bibirnya berucap lirih  “Alhamdulillaaah ya Alloh, ...Terimakasih Ibu Guru-ku!!
Walloohu a’lam bissawaab.