Kalau anda melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Solo – melewati Jalan Raya Jogja-Solo, pada sekitar Km 19 - di sebelah kiri jalan, anda akan menemukan sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama. SMPN I Prambanan namanya. Tidak ada yang terlalu menarik dari sekolah itu – bangunannya memang cukup megah, tapi –wajar untuk sebuah SMP di era sekarang. Bangunan bercat kuning itu masih kelihatan baru dan modern karena hampir semua bagian bangunan telah dilakukan renovasi pasca gempa besar Jogja, yang menelan korban lebih dari 6000 orang pada Mei 2006. Gempa tersebut juga mengakibatkan kerusakan yang cukup parah di SMP Prambanan.
Namun bagi kami, alumni SMPN Prambanan (lulus 1986), sekolah tersebut telah menjadi satu bagian yang penting dalam sejarah perjalanan hidup kami. Dia telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam membentuk karakter serta membangun mental kami, sehingga cukup kokoh untuk menjadi dasar dalam melanjutkan hidup kami khususnya untuk mendalami samudera ilmu pengetahuan yang tak terhingga luasnya.
Gedung, lapangan upacara, pohon-pohon, bangku-bangku, dan papan tulis sekolah itu juga menjadi saksi, bagaimana selama tiga tahun kami saling bertumbuh dan berinteraksi, dengan teman-teman baru – yang sebagian akhirnya menjadi karib, juga dengan para guru yang berdedikasi luar biasa, dan tanpa pamrih – serta kadang-kadang harus mengorbankan kepentingan pribadi mereka, hanya untuk membuat anak didiknya menjadi pintar dan dapat berguna bagi sesama.
Kenangan itu hampir hilang, ketika puluhan tahun berikutnya, kami – murid-murid kecil itu – terhanyut dalam arus perjuangan hidup untuk menjalani takdir masing-masing. Dan memang kehidupan menuntut untuk seperti itu. Kami hampir tidak ingat lagi, siapa sih teman sebangku, nama guru geografi kami, nama ketua kelas kami, bahkan perlu waktu untuk mengingat kembali di kelas –kelas mana saja selama tiga tahun dulu kami belajar.
Kini, setelah 26 tahun berlalu, Alhamdulillah beberapa kami dipertemukan kembali pada Reuni tahun 2012 ini. Tidak banyak memang – hanya sekitar 60 orang dari sekitar 180 mrurid yang lulus di tahun 1986. Namun itu cukup dapat mengobati kerinduan akan masa kecil itu, kerinduan akan canda, tawa, ketakutan ketika menghadapi guru yang “galak” serta masa-masa sulit menghadapi ujian akhir, atau juga kerinduan akan kenakalan-kenakalan anak-anak yang sedang tumbuh menuju dewasa.
Pertemuan itu telah membawa kami kembali – terbang ke era 1983-1986, saat kami belum peduli tentang atribut-atribut sosial seperti “siapa aku” dan “siapa kamu”, juga “apa jabatanku” dan “apa jabatanmu”.. kami semua adalah sama. Kini – butuh keberanian dan ke”legowo”-an untuk menghilangkan atribut-atribut yang telah kami dapatkan selama 26 tahun berpisah agar kami dapat menyatu kembali. Dari perbincangan di reuni itulah kami berfikir bagaimana atribut-atribut itu bisa dimanfaatkan untuk saling Sharing dan Take Care Each Other. Karena kami berangkat dari ketiadaan yang sama, sehingga sepantasnya – kegagalan salah satu dari kami harus kami rasakan bersama-sama. Juga keberhasilan dan kebahagiaan salah satu dari kami adalah keberhasilan dan kebahagiaan kami bersama-sama.
Untuk itulah kami merasa perlu adanya wadah dan forum agar sejarah itu tidak hilang dan agar kami bisa saling berbagi suka maupun duka, saling peduli antara kami. Juga dalam rangka melaksanakan perintah Nabi – untuk menjaga silaturahmi, karena kata para ustadz, silaturahmi akan memperpanjang usia dan memperluas rizki.
Untuk teman-teman semua, mari kita manfaatkan blog ini untuk berbagi kebaikan, sesuai dengan tujuan yang telah kita sepakati. Mudah-mudahan Alloh meridhloi kita semua. Amiin Ya Robal Alamin.
(sing nulis: Agus Budiharjo)
(sing nulis: Agus Budiharjo)