Sepenggal Kisah dari Sari Mulyo -->

Header Menu

Sepenggal Kisah dari Sari Mulyo

Minggu, 03 Maret 2013

Inilah kisah dan penuturan pertama dari Kisah di Balik Reuni Spesial. 

Sejenak aku tertegun memandang wajah kurus di ruang tamu itu, (---meski aku juga kurus---). Karena penyakit yang dideritanya, kini penglihatannya jadi tidak berfungsi atau buta.  Sejak 2004 dia berjuang melawan penyakitnya , yang kata pak dokter ( --bukan pak dokter Waryono Thok lho--) adalah tumor otak. Berbagai upaya telah ditempuh demi menggapai kesembuhan. Operasi sudah, alternative juga ditempuh, sampai-sampai ketika heboh dukun tiban cilik  Ponari pun dimintai tolong. Tapi Allah juga belum memberikan kesembuhan. Itulah keadaan saudara kita Sugeng Widodo. Hampir 10 tahun merantau ke tanah Borneo, lantas menderita tumor otak, dan sejak 2004 pulang ke Jawa, praktis sekarang tidak bias apa-apa.

Kunjungan ke rumah Sugeng sebenarnya tidak ada dalam agenda. Pagi tadi sesuai rencana teman2 alumni sektor “domisili” mau berkunjung silaturahmi ke tempat Sunarti di Gunung Pegat. Jam setengah sepuluh kami berangkat dari Prambanan . Mampir dulu ke tempat Sinta untuk nunut tumpangan dan titip sepeda. Sumarmi sudah siap dengan bekalnya, Yuniarti Sinta Dewi sudah siap dengan sepatu ‘ket’nya , Edris Ermawan siap dengan juniornya. Dan berangkatlah kami bertujuh ke Nung Gat (--sebutan dari Gunung Pegat--). Sampai di dusun Guwo, mampir di rumah Indri, di sana sudah menunggu Indri dan Sukiman. Nah di sinilah rencana jadi kacau. Ternyata menurut informasi Sukiman, Sunarti beserta dua orang tuanya pagi – pagi udah diboyong ke Tangerang oleh saudaranya. 
Sejurus kemudian teman2 menjadi kecewa, terlebih yang udah siap dengan sepatu ket. Kemudian kami berembug, “ Gimana ni?” tanya Sumarmi. “ Cari teman yang stress lain ada nggak?” sambungnya lagi. Kemudian teman lain ada yang kasih info bahwa di Saren ada teman yang katanya juga stress. Kelakuannya suka pinjam-pinjam uang tapi tak mau nyaur. “ Wah itu nggak stress namanya, tapi sifat buruk” kataku. “Sebelum kesana pastikan dulu keadaannya.” lanjutku. 
Setelah bincang sana dan berembug sini sambil makan , akhirnya Samsuri punya masukan.
“ Ngene wae, ono koncone dewe sing loro (=sakit) wis pirang-pirang taun, nganti mripate wuto. Apike tilik mrono wae.” 

Demikian kata Samsuri dengan logat jawanya yang masih sangat medhok. Akhirnya setelah melalui perdebatan yang seru laksana debatnya Ruhut Sitompul , akhirnya diputuskan untuk silaturahmi ke tempat Sugeng Widodo di Sari Mulyo.
Perjalanan ke rumah Sugeng

Dan akhirnya sampailah kita di rumah Sugeng. Keadaannya seperti aku ceritakan di awal tulisan ini. Di sana kita ngobrol-ngobrol sambil member semangat pada Sugeng , kita bawa ingatannya ke tahu 84 an dimana kita dulu menuntut ilmu bersama di almamater tercinta SMPN Prambanan. Memang setelah operasi memorinya sudah banyak yang hilang, apalagi sekarang tidak bisa melihat . Selain itu kita berikan sedikit bantuan dengan harapan bias sedikit meringankan bebannya. Mudah-mudahan dengan kunjungan kita dia merasa bahwa masih ada teman yang memperhatikannya, sehingga semangat untuk terus hidup tetap menyala.

Sugeng Widodo di dampingi istrinya (adik kelas kita)
Demikian teman-teman sepenggal kisah dan laporan pandangan mata” reuni istimewa” pd hari Minggu 3 Maret 2013. Meski tidak jadi ketemu dengan Sunarti, pertemuan kita tidak sia-sia, karena masih ada teman lain yang membutuhkan sapaan kita. Ternyata masih banyak teman kita yang perlu kita perhatikan untuk hari-hari ke depan. Karenanya janganlah kita berhenti untuk berbagi. Berbagi tidak harus berupa materi, tapi sapaan kita, kunjungan kita dan dukungan kita yang akan memberi  semangat pada mereka. Untuk kali ini sekian dulu, lain kali mudah-mudahan bisa nulis yang lebih seru lagi. Salam 86. (sing nulis Lulut Basuki).......... Tunggu kisah berikutnya dari yang lain.