Inilah kisah dan penuturan pertama dari Kisah di Balik Reuni Spesial.
Sejenak aku tertegun memandang wajah kurus di ruang tamu itu, (---meski aku juga kurus---). Karena penyakit yang dideritanya, kini penglihatannya jadi tidak berfungsi atau buta. Sejak 2004 dia berjuang melawan penyakitnya , yang kata pak dokter ( --bukan pak dokter Waryono Thok lho--) adalah tumor otak. Berbagai upaya telah ditempuh demi menggapai kesembuhan. Operasi sudah, alternative juga ditempuh, sampai-sampai ketika heboh dukun tiban cilik Ponari pun dimintai tolong. Tapi Allah juga belum memberikan kesembuhan. Itulah keadaan saudara kita Sugeng Widodo. Hampir 10 tahun merantau ke tanah Borneo, lantas menderita tumor otak, dan sejak 2004 pulang ke Jawa, praktis sekarang tidak bias apa-apa.
Sejenak aku tertegun memandang wajah kurus di ruang tamu itu, (---meski aku juga kurus---). Karena penyakit yang dideritanya, kini penglihatannya jadi tidak berfungsi atau buta. Sejak 2004 dia berjuang melawan penyakitnya , yang kata pak dokter ( --bukan pak dokter Waryono Thok lho--) adalah tumor otak. Berbagai upaya telah ditempuh demi menggapai kesembuhan. Operasi sudah, alternative juga ditempuh, sampai-sampai ketika heboh dukun tiban cilik Ponari pun dimintai tolong. Tapi Allah juga belum memberikan kesembuhan. Itulah keadaan saudara kita Sugeng Widodo. Hampir 10 tahun merantau ke tanah Borneo, lantas menderita tumor otak, dan sejak 2004 pulang ke Jawa, praktis sekarang tidak bias apa-apa.
Kunjungan ke
rumah Sugeng sebenarnya tidak ada dalam agenda. Pagi tadi sesuai rencana teman2
alumni sektor “domisili” mau berkunjung silaturahmi ke tempat Sunarti di Gunung
Pegat. Jam setengah sepuluh kami berangkat dari Prambanan . Mampir dulu ke
tempat Sinta untuk nunut tumpangan dan titip sepeda. Sumarmi sudah siap dengan
bekalnya, Yuniarti Sinta Dewi sudah siap dengan sepatu ‘ket’nya , Edris Ermawan
siap dengan juniornya. Dan berangkatlah kami bertujuh ke Nung Gat (--sebutan
dari Gunung Pegat--). Sampai di dusun Guwo, mampir di rumah Indri, di sana
sudah menunggu Indri dan Sukiman. Nah di sinilah rencana jadi kacau. Ternyata
menurut informasi Sukiman, Sunarti beserta dua orang tuanya pagi – pagi udah diboyong ke Tangerang oleh saudaranya.
Sejurus kemudian
teman2 menjadi kecewa, terlebih yang udah siap dengan sepatu ket. Kemudian kami
berembug, “ Gimana ni?” tanya Sumarmi. “ Cari teman yang stress lain ada
nggak?” sambungnya lagi. Kemudian teman lain ada yang kasih info bahwa di Saren
ada teman yang katanya juga stress. Kelakuannya suka pinjam-pinjam uang tapi
tak mau nyaur. “ Wah itu nggak stress namanya, tapi sifat buruk” kataku.
“Sebelum kesana pastikan dulu keadaannya.” lanjutku.
Setelah bincang
sana dan berembug sini sambil makan , akhirnya Samsuri punya masukan.
“ Ngene wae, ono koncone dewe sing loro (=sakit) wis pirang-pirang taun, nganti mripate wuto. Apike tilik mrono wae.”
Demikian kata Samsuri dengan logat jawanya yang masih sangat medhok. Akhirnya setelah melalui perdebatan yang seru laksana debatnya Ruhut Sitompul , akhirnya diputuskan untuk silaturahmi ke tempat Sugeng Widodo di Sari Mulyo.
“ Ngene wae, ono koncone dewe sing loro (=sakit) wis pirang-pirang taun, nganti mripate wuto. Apike tilik mrono wae.”
Demikian kata Samsuri dengan logat jawanya yang masih sangat medhok. Akhirnya setelah melalui perdebatan yang seru laksana debatnya Ruhut Sitompul , akhirnya diputuskan untuk silaturahmi ke tempat Sugeng Widodo di Sari Mulyo.
Perjalanan ke rumah Sugeng |
Dan akhirnya
sampailah kita di rumah Sugeng. Keadaannya seperti aku ceritakan di awal
tulisan ini. Di sana kita ngobrol-ngobrol sambil member semangat pada Sugeng ,
kita bawa ingatannya ke tahu 84 an dimana kita dulu menuntut ilmu bersama di
almamater tercinta SMPN Prambanan. Memang setelah operasi memorinya sudah
banyak yang hilang, apalagi sekarang tidak bisa melihat . Selain itu kita
berikan sedikit bantuan dengan harapan bias sedikit meringankan bebannya.
Mudah-mudahan dengan kunjungan kita dia merasa bahwa masih ada teman yang
memperhatikannya, sehingga semangat untuk terus hidup tetap menyala.
Sugeng Widodo di dampingi istrinya (adik kelas kita) |
Demikian teman-teman sepenggal kisah dan laporan
pandangan mata” reuni istimewa” pd hari Minggu 3 Maret 2013. Meski tidak jadi
ketemu dengan Sunarti, pertemuan kita tidak sia-sia, karena masih ada teman
lain yang membutuhkan sapaan kita. Ternyata masih banyak teman kita yang perlu
kita perhatikan untuk hari-hari ke depan. Karenanya janganlah kita berhenti
untuk berbagi. Berbagi tidak harus berupa materi, tapi sapaan kita, kunjungan
kita dan dukungan kita yang akan memberi
semangat pada mereka. Untuk kali ini sekian dulu, lain kali mudah-mudahan
bisa nulis yang lebih seru lagi. Salam 86. (sing nulis Lulut Basuki).......... Tunggu kisah berikutnya dari yang lain.