Proses Menulis -->

Header Menu

Proses Menulis

Sabtu, 23 Februari 2013

sumber gbr. lugaswicaksono.blogspot.com
Ini bukan sekedar menulis. Tapi proses menulis. Ya, karena ada keinginan menjadi penulis maka saya harus menyediakan waktu untuk menulis. Ya menulis apa saja. Bahkan ketika tidak ada ide di kepala sementara pas jadwal menulis, ya saya harus menulis. Menulis apa? Ya menulis apa saja. Sebab kata motivator menulis, Ersis Warmansyah Abbas, menulis itu melakukan. Dan menulis itu menulis apa yang ada di kepala. Maka saat ini saya ya menulis apa yang ada di kepala. Tidak peduli apakah tulisan saya ini nantinya dibaca oleh orang atau tidak, menarik atau tidak, pokoknya menulis. Tidak peduli juga apakah pas saya menulis tiba-tiba macet atau tidak pokoknya menulis. Kalau macet ya menulis apa yang menyebabkan ide macet. Hi hi hi, ide macet? Wong saat ini saya menulis tidak pakai ide kok kemacetan ide. Yups, saya ini hanya menulis apa melintas di pikiranku saja, jadi ya mengalir begitu saya. Tidak ada beban. Sebab kata sang motivator, menulis kok beban. Menulis itu mencerahkan, mencairkan. Mencerahkan pikiran dan mencairkan apa yang beku di kepala kita.

Karena menulis itu mencerahkan dan mencairkan, menulis bisa menghilangkan kejenuhan dan menghindarkan stroke. Jadi kalau pasa Anda merasakan itu semua ya menulislah. Apalagi jika Anda mampu menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, kegiatan menulis Anda bisa jadi menjadi berkah dalam hidup Anda. Apalagi jika tulisan Anda bisa memotivasi seseorang melaksanakan kebaikan apa yang Anda tulis, dijamin Anda mendapatkan pahala yang mengalir tanpa batas. Ini bukan pendapat saya, lho. Tetapi ini sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Beliau pernah bersabda, yang kurang lebih artiny,

"Jika Anak Adam meninggal dunia, terputuslah semua amalnya kecuali tiga, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendoakannya"

Nah, menulis yang membawa manfaat menurut saya masuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat. Sehingga akan tetap mengalir pahalanya meski sang penulis sudah meninggal dunia. Sebaliknya jika Anda menulis sesuatu yang menjerumuskan manusia maka dosanya juga akan mengalir terus meski Anda sudah meninggal. Karena orang yang melaksanakan ilmu yang menjerumuskan itu.

Nah, sekarang tinggal kita sendiri, apa yang akan Anda tulis? STOP, katanya menulis apa saja yang mengalir di pikiran saja, biar mengalir, kok malah ditanya apa yang ingin kita tulis. O iya ya. Maksud saya begini. Jika Anda menulis sesuatu yang Anda belum yakin apakah sesuatu itu berisi tentang sesuatu yang menjerumuskan atau sesuatu yang bermanfaat, ya sebaiknya Anda tulis aja di catatan yang hanya bisa Anda baca sendiri, sehingga kalau ternyata tulisan Anda itu menjerumuskan, tidak ada orang yang tahu dan tidak ada orang yang mempraktekkan dari apa yang Anda tulis itu. Tetapi jika ternyata setelah Anda cek ulang tulisan Anda dan ternyata Anda yakin bahwa tulisan Anda bermanfaat bagi orang lain, ya apa salahnya Anda tulis dan posting di blog atau di catatan yang bisa Anda share ke publik. So, jika Anda menulis memang sebaiknya Anda lihat dulu sebelum dishare ke public.

Hehehe, nampaknya ini pikiran sudah minta berhenti. Tuh lihat kata dan kalimat di atas terasa berulang dan diulang-ulang. Tapi karena jadwal menulis belum habis ya, menulis aja terus. Menulis apa yang terlintas di pikiran.

Hehehee ternyata enak juga ya menulis apa yang melintas di pikiran. Soalnya benar-benar mencerahkan dan mencairka. Yups diualang lagi. Gak papa diulang. Menurut saya, pengulangan itu sangat diperlukan dalam menulis. Selain menegaskan, pengulangan juga berfungsi untuk mengingatkan kembali apa yang sebenarnya sudah disinggung di depan. Ya, itu sama saja menegaskan, Bro. Gimana si Bro ini. Oh, begitu ya? Ya udah kalau begitu juga gak papa.

Nah kalau ini saatnya memang aku mengakhiri kegiatan menulis soalnya, aku harus membersihkan halaman, boso jowone nyapu. Habis tadi malam dan sorenya hujan sangat deras. Padahal di depan rumah saya ada pohon jambu. Dan daunnya pada berguguran, jadi ya kotornya minta ampun. Dan aku harus  membersihkannya. Eh, tapi jujur lho kegiatan bersih bersih memang sudah menjadi kesukaanku sejak kecil, keren kan. Kesukaan kok bersih bersih. Bakalan menguntungkan dan menyenangkan orang lain nih, khususnya keluarga. Udah ya, aku akhiri dulu kegiatan menulis ini. Besok kita teruskan lagi.
(sing nulis EE) Tulisan ini pernah saya post di catatan facebook saya.