He he he... judulnya narsis nggak ya.
Kembali ke fitah manusia, kayak judul ceramaah agama ya. Tapi ndak papa lah.
Namanya juga manusia pasti pinginnya juga kembali ke fitrahnya.
Menulis merupakan ketrampilan yang
membutuhkan kerja otak. Sebagaimana diketahui bahwa otak terbagi menjadi dua
bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kanan bersifat spontan, penuh
kebebasan dan tanpa aturan. Sedangkan otak kiri bersifat sistemtais, runut,
penuh pertimbangan dan njlimet.
Secara fitrah, setiap manusia akan
menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, dalam hal apapun.Mari kita
renungkan diri kita. Ketika ada anggota group ini yang tulisannya banyak dimuat dalam sebuah buku, atau ebook online, pasti
hati Anda juga pingin kan? Pingin agar tulisan Anda juga dimuat dalam buku yang
diterbitkan oleh sebuah penerbit. Terkadang keinginan itu begitu kuat mendesak. Nah, pada
tataran ini sebenarnya yang bekerja adalah otak kanan kita. Tapi kemudian dalam
beberapa detik kemudian hati kita terus bertanya, mana mungkin, apa bisa, ah...
sulit nampaknya, saya kan baru belajar menullis, tentu sangat sulit ....dst.
Nah, pada tataran ini otak kiri kita yang bekerja. Sehingga kemudian kita hanya
berhenti di sini.
Gambaran lain, coba bayangkan ketika Anda
melihat barang yang bagus di sebuah mall tentu hati Anda ingin segera memiliki
barang tersebut saat itu juga, saat Anda melihat barang tersebut. Tapi kemudian
otak kiri Anda akan bekerja, mungkin karena kebutuhan anda saat itu
banyak, kondisi keuangan belum memungkinkan, ada barang lain yang harus
diprioritaskan dan sebagainya. Akibatnya, Anda tidak jadi membeli barang
tersebut.
Demikian juga dalam menulis. Pada dasarnya
menulis merupakan pembagian tugas antara otak kanan dan otak kiri (meminjam
kalimat Jonru, pemilik SMUO, Sekolah Menulis Online).
Mari kita telusuri otak kita dalam menulis.
Bagi pemula (seperti saya), saat jari sudah
di atas keyboard dan mulai memejet tombol-tombol huruf , sering terjadi
kemacetan. Kemacetan itu bisa disebabkan karena bisikan-bisikan dalam diri
kita. Seperti, ah kok jelek sekali ya, jangan-jangan nanti ndak dibaca orang,
tema ini jangan-jangan sudah banyak yang nulis, ah males, sulit, dari awal saja
sudah begini, nampaknya saya ndak bakat deh menulis. Bisikan-bisikan itu sering
menyebabkan kita kemudian menutup komputer dan meninggalkan aktivitas menulis
yang baru akan kita mulai. Dengan kata lain, banyak pemula yang lebih banyak
mendahulukan otak kirinya dalam menulis dan menelantarkan otak kanannya. Akibatnya ia tida jadi menulis karena banyak
pertimbangan-pertimbangan yang memenuhi otak kirinya dan tragisnya akan
menanamkan sikap takut untuk menulis.
Karenanya, bagi pemula terapkan kerja otak
kanan dulu baru kemudian otak kiri. Mulailah menulis apapun yang Anda ingin
tulis dan apapun yang melintas dipikiran saat menulis. Bahkan kemacetan saat
menulis pun, bisa langsung Anda tuliskan. Pokoknya tulis dan tulis. Jangan
pernah berhenti sebelum Anda memang benar-benar ingin berhenti, artinya jangan
berhenti menulis kalau hanya karena pikiran anda tiba-tiba blank untuk
melanjutkan tulisan. Tapi tetaplah menulis. Lho apa yang harus ditulis? Ya, apa
yang melintas saat pikiran kita blank itu. Contoh konkritnya, kita baca tulisan
berikut,
" ….Sebalikya, jika mereka semua kufur
niscaya kekukufuran mereka tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan-Nya. Salah
satu nikmat itu… ( ah macet) apa lagi yang ingin aku tulis. Terasa ideku
tresendaaat-sendaat. Tidak lancar. Aku sebenarnya ingn menulis begini pada
kenyataan manusia tidak mau mensyukurinya. Padahal orang seperti ini pada
hakikatnya orang yang paling dangkal akalnya. Lihat saja perkataan ....(yah
lupa) namanya. ... "
Ini adalah proses penulisan dokumen yang
pernah saya posting di group PNBB. Bahkan beberapa nama orang yang seharusnya saya munculkan
dalam tulisan itu saat menulis saya tidak ingat. Tapi saya tetap terus menulis.
Nah ketika otak kanan kita sudah selesai
bekerja (menulis spontan, menulis apa saja yang akan kita tulis) baru kemudian
pada saat yang lain kita baca-baca ulang tulisan kita dan mulailah kita
menggunakan otak kiri kita. Ngecek bahasanya, keruntutan kalimat dan paragraf,
mencarikan hal-hal yang harus dilengkapi dan sebagainya.
Pada tahapan ini sebenarnya kita sudah
melakukan dua hal, yaitu membuat draft (kerja otak kanan) dan kemudian mengedit
atau menyunting naskah hasil kerja otak kanan (pada tahapan ini otak kiri yang
kita fungsikan)
Jika ini selalu dan selalu kita lakukan
suatu saat nanti pola pikir kita dalam menulis pasti akan terbentuk, sehingga
kita bisa langsung menulis dengan mengoptimalkan langsung otak kiri kita.
Lho, kok tulisan ini nggak nyambung dengan
judulnya ya? Ah, apa iya? Kalau iya gak papalah... pokoknya nulis dan nulis.
Kalau ndak nyambung dengan judulnya ya nanti dicarikan kabelnya biar bisa
nyambung. Tapi yang jelas bagi pemula, saat mau menulis, gunakan otak kanan
dulu... baru ikuti dengan otak kiri atau kembalilah kepada fitrah manusia, nah nyambung, kan?
(Sing nulis: EE)
(Sing nulis: EE)