Sabar dalam Segala Hal -->

Header Menu

Sabar dalam Segala Hal

Rabu, 17 Oktober 2012

Malam semakin larut. Tapi mata masih saja belum mau terpejam. Segera kunyalakan laptop, membuka blog forsipannam dan facebook. Ternyata mas Arif Sujarwo dan Sinta juga online. Langsung saja pointer saya arahkan ke chat facebook dan pembicaraan pun tercipta. Sharing tentang kabar terjadi, dan pastinya tagihan tulisan untuk blog menyertai pembicaraan. 

Ada hal yang menarik yang saya ambil dari pembicaraan kami bertiga. Ketika sharing kabar keluarga, saya baru tahu kalau mas Arif baru saja ke Solo untuk ngontrolkan putranya yang habis operasi tulang punggung karena efek kecelakaan saat ia masih TK, padahal sekarang dia sudah SMA, ya kita berdoa agar putra mas Arif bisa segera pulih dan tidak ada gangguan lagi terhadap aktivitas selanjutnya.

Kemudian, dengan Sinta ketika tagihan tulisan saya lontarkan, dia hanya menjawab, yo pak Ustadz  aja yang nulis di blog nanti aku yang bercerita ((aku jadi tersanjung... kok semua manggil ustadz ya. Tapi saya berharap dalam panggilan itu ada doa yang menyertai, agar saya benar-benar menjadi ustadz yang ngustati). Nah, karena di komennya begitu langsung aja tak sanggupi. Tapi giliran tak minta bercerita e si Sinta langsung ngejawab besok aja sekarang sudah ngantuk. (Heeeemmm). 
"Hemmm yo ndak papalah. Aku memang sudah terlatih bersabar dalam segala hal", balasku. Eiiiiitttttt, begitu saya menulis kata-kata terakhir itu, langsung ada keinginan menulis tentang Sabar dalam Segala Hal. Karena, kok yo kebetulan chatingan kami bertiga mengarah ke sana, ke materi sabar. Akhirnya tertulislah materi seperti di bawah ini.
****

Ibarat dua buah sisi mata uang, itulah sabar dan kehidupan. Jika Anda berani hidup Anda harus mau bersabar, sebaliknya, jika Anda tidak bisa bersabar ya mendingan  mati saja karena tidak ada tempat bagi siapa saja yang tidak bisa bersabar dalam hidup. Karena Allah telag menyatakan bahwa Dia menciptakan hidup dan mati itu untuk menguji manusia. Siapa manusia itu? Ya kita-kita ini, kan? 

Dan memang pada kenyataanya dunia ini adalah tempat ujian. Allah menguji setiap manusia dengan dua macam ujian, ujian yang berupa kebaikan dan ujian ketidakbaikan.Contoh dari ujian kebaikan adalah berlimpahnya harta, keluarga yang menyenangkan dan sebagainya. Sedangkan contoh ujian ketidakbaikan adalah kesempitan harta, sakit dan juga kekurangan yang kita miliki. Nilai dari setiap ujian itu sama yakni mendatangkan kebahagiaan apabila kita lulus menjalaninnya.
Karena Allah menjadikan kebaikan dan ketidakbaikan yang disandang manusia sebagai ujian, maka baik buruk dan kemuliaan seseorang tidak didasarkan pada apakah dia diuji oleh Allah dengan kebaikan ataukah dengan ketidakbaikan. Kemuliaan seseorang itu ditentukan oleh bagaimana dia mengsikapi kedua jenis ujian tersebut. Apakah dia mampu bersabar tatkala diuji dengan ketidakbaikan dan mampu bersyukur takkalaa Allah memberikan semua dari serpihan-serpihan dunia berupa harta, anak dan kedudukan. 

Memang sangat menakjubkan kondisi orang islam itu. Semua kebaikan ada padanya. Tatkala dia miskin dan penuh kekurangan, itu baik bagi dirinya jika ia mampu bersabar. Demikian pula takkala harta berlimpah dan segala keinginannya bisa terpenuhi itu juga kebaikan bagi dirinya tatkala dia mampu bersyukur.
Tetapi, tabiat manusia selalu memilih hal yang menyenangkan. Jika Anda ditanya pilih mana diuji kebaikan dengan diuji dengan ketidakbaikan? Saya yakin, semua dari kita akan menjawab milih diuji kebaikan daripada diuji dengan ketidakbaikan. Padahal resikonya lebih tinggi jika kita diuji dengan kebaikan. Tingkat kelulusannya lebih rendah. Bukankah banyak di antara manusia yang tidak menyadari bahwa harta dan kecukupan merupakan ujian? Bukankah banyak didapatkan manusia menghambur-hamburkan hartanya untuk sesutau yang tidak diridloi oleh Sang Pemberi Nikmat. Sebaliknya, sebagiam besar dari manusia akan segera sadar kalau ia diuji dengan ketidakbaikan. Sadar bahwa ketidakbaikan yang sedang ia alami adalah ujian dari Allah sehingga ia bisa segera mengecangkan ikat pinggang dan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk sabar.
Karenanya, Allah membantah keras ketika ada seseorang yang mendapakan limpahan harta dunia, kemudian dia mengatakan 'Allah telah memuliakan saya' demikian juga Allah juga membantah perkataan seseorang 'Allah telah menghinakan saya' ketika ia diuji dengan ketidakbaikan. sebagaimana firman-Nya dalam QS. AL Fajr: 15-16, yang artinya

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim

So, dalam keadaaan bagaimana pun kita mempunyai peluang untuk mulia di sisi Allah selama kita bisa sabar dalam segala hal. Sabar ketika diuji dengan ketidakbaikan dan sabar ketika diuji dengan kebaikan. Sabar terhadap jenis ujian kedua ini diwujudkan dalam bentuk syukur. 

Ya, Allah jadikan kami sebagai hamba yang bisa bersabar dalam segala hal.

(Sing nulis:  EE, terinspirasi chatingan dengan teman kita Arif Sujarwo dan Yuniarti Shita Dewi)