Nikmat Gigi -->

Header Menu

Nikmat Gigi

Sabtu, 13 Oktober 2012

Gigi. Tentu semua orang sudah tahu, bahkan semua orang memilikinya. Fungsi gigi pun tidak ada yang tidak tahu. Selain untuk nggigit, juga berfungsi sebagai alat komunikasi (nglirik dokter gigi takut kalau ada yang salah dengan pernyataan ini). Lho masak gigi bisa jadi alat komunikasi? (Nah giliran pakar bahasa berbicara).  Menurut ilmu bahasa, bunyi ujaran yang dihasilkan oleh manusia itu didukung oleh dua hal, yakni titik artikulasi dan titik artikulator. Titik artikulasi adalah alat ucap manusai yang menjadi tujuan sentuh sedangkan artikulator adalah alat ucap manusia yang bisa digerakkan.

Yang termasuk titik artikulasi salah satunya adalah gigi. Sedangkan contoh bunyi bahasa yang dihasilkannya adalah bunyi /t/, /d/. Bunyi ini dihasilkan oleh manusia dengan mempertemukan ujung lidah dengan ujung gigi. Jika ini tidak dilakukan maka bunyi /t/ dan /d/ tidak akan terjadi. Nggak percaya. Coba aja mengucapkan bunyi /t/ tanpa menyentuhkan ujung lidah ke ujung gigi. Dijamin nggak bakal terdengar bunyi /t/.

Nah, terbukti kan bahwa setiap yang diciptakan Allah itu tidak sia-sia. Dan terbukti juga kan bahwa Allah itu Maha Pemberi Nikmat. Yang bikin aneh ni, ternyata banyak manusia yang tidak menyadari nikmat gigi yang telah Allah berikan. Mereka nggak pernah ngerasakannya. Baru setelah nikmat itu dicabut atau dikurangi, baru deh dia merasa, betapa besarnya nikmat yang berupa gigi.

Contohnya, saya nih. Kemarin-kemarin jarang memperhatikan gigi. Ya, alamiah saja. Makan ya makan, gosok gigi ya gosok gigi. Tanpa terpikir bahwa gigi ini pemberian Sang Maha Kuasa. Artinya, jarang pas gosok gigi itu saya ingat sama Pemberi gigi. Demikian juga pas makan. Ya, udah berlalu begitu saja. Baru setelah sekitar 3 hari kemarin kedua gigi geraham saya sakit, yang satu ogak (eh ogak tuh basa indonesia nya apa ya) dan geraham yang satunya lagi menyusul sakit (gara-gara makan daging ayam, eh yang kemakan malah tulangnya) Ya, akhirnya jadi deh kedua sisi gigi geraham saya ndak bisa berfungsi. Waktu ngisi pengajian, eh hidangannya kok ya kacang godog gitu. Aku coba ambil satu terus aku coba makan. Masya Allah betapa saat itu aku  merasa bahwa semua gigi yang kita punyai punya fungsi masing-masing.
Sampai saya nulis postingan ini pun gigiku masih belum sembuh dan makan taidak saya kunyah. Langsung di kunyah dengan gigi seri dan taring (sampeyan belum pernah ngalami kan ngunyah dengan kedua jenis gigi itu, susahnya minta ampun). Dijamin sampeyan nggak bakal bisa. Saya coba beberapa kali juga gak bisa, akhirnya makanan saya tempatkan di geraham yang sakit, kaarena sakit kalau untuk ngunyah, langsung saja saya telan tuh makanan yang belum lembut.

Sampeyan pasti belum bisa ngebayangin sakitnya sakit gigi (kecuali yang sudah mengalaminya). BEnar sakitnya sampai ke ubun-ubun. Bahkan, untuk tidur pun sakit itu masih terasa. MAkanya saya ndak bisa tidur. Sambil nylamur,biar tidak terlalu terasa sakitnya, aku buka FB. Ehh ternyata bu dokter gigi teman kita, Srie MArtinie, ol juga. Setelah nagih tulisan untuk forsipannam langsung aja aku konsultasi dengan bu Dokter. Hasil chatingan itu rencananya mau tak tulis di sini tapi kok postingan ini sudah begitu panjang ya.

Ok, tunggu saja postingan berikutnya. Soalnya kalau terlalu panjang takut nanti gak kebaca. Tunggu saja ya berikutnya.

Lho, jadi apa inti postingan ini? Eit, iya ya. 

Begini teman, ternyata secara umum manusia itu baru akan ngerasa nikmat pemberian Allah ketika nikmat itu dikurangi atau dicabut. Saat itu lah kita baru merasakan betapa berharganya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Dan biasanya kita mengandaikan nikmat itu dikembalikan lagi ke kita, agar kita bisa bersyukur. Nah, apakah kita mau bersyukur tatkala nikmat itu telah dicabut? Tentu tidak bukan. Makanya selagi nikmat masih ada pada kita mari kita gunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kehendak Sang Pemberi Nikmat jangan menunggu saat nikmat itu dicabut dari diri kita. Bagaimana menurut sampeyan? (EE2012)